11.22.2010

Review: ONROP! Musikal

Oleh Amanda Gani

Seminggu terakhir ini (November 13-21, 2010) ada acara besar di ibu kota Jakarta yang beda dari biasanya. Sebuah musikal yang dipersembahkan dari bangsa, untuk bangsa. Digarap oleh Joko Anwar, seorang sutradara film negeri yang karya-karyanya cenderung sangat gelap dan surrealist seperti "Kala" dan "Pintu Terlarang". Namun Joko yang pertama kali dikenal dengan film komedinya "Janji Joni", membuktikan bahwa ia dapat menguasai berbagai macam genre. Drama musikal inilah yang ia sajikan dengan perpaduan dari semua aliran menjadi satu. Bersama rekannya Afi Shamara sebagai producer, Afi-Joko berniat menampilkan lebih banyak talenta-talenta muda yang terpendam dengan membuat sebuah teater musikal.

"Banyak sekali seniman-seniman muda di Indonesia yang belum terdengar kiprah dan karyanya. Dengan ONROP! Musikal, kami ingin menghadirkan mereka sekaligus memperkenalkan pentas drama musikal yang segar dan berkualitas," jelas Afi Shamara, Producer.

Ide cerita yang terdapat dalam ONROP! Musikal ini muncul dari beberapa peristiwa lucu, namun absurd, yang pernah terjadi di negeri ini. Seperti kehidupan moral masyarakat yang sangat ketat, timbulnya rasa perbedaan, sampai masyarakat yang berpikiran sempit dan sangat kuno. Dengan adanya kejadian-kejadian seperti ini membuat Joko Anwar tertarik untuk membuat drama musikal komedi yang segar, getir, dan membangun gairah seni teater di tanah air. Drama musikal yang dapat membatu kita untuk lebih membuka mata dan telinga terhadap apa yang benar-benar terjadi di Indonesia saat ini.


________________________

Beberapa adegan yang ada dalam ONROP! menunjukan kalau pemerintah dan orang-orang "moralis" selalu menganggap dirinya yang paling benar dan terlalu serius, sehingga terkadang hanya membuat negara ini seperti penjara. Masyarakat tidak lagi bisa bebas berpendapat, tidak bisa bebas berbicara bahkan keterbatasan dalam berkarya.

"Mengapa hidup harus penuh drama
Bukan kah genre lain bisa lebih menghibur?
Mengapa semua cerita harus sama
Harus ada konflik yang baik tercebur.."

Sebuah kutipan lirik dari salah satu lagu, menunjukan tentang negara kita yang termakan oleh klise. Ke klise-an seperti ini pun yang sering menghambat ide-ide kreatif masyarakat untuk berani mencoba sesuatu yang baru.


Sinopsis
Bram adalah seorang penulis novel religi yang memiliki sifat konservatif dan peduli dengan pendapat orang lain. Ia juga seseorang yang menempatkan pekerjaan dan karir diatas segalanya. Berbeda dengan Bram, Sari mempunyai sifat yang bertolak belakang dan beda perspektif. Ia cenderung wanita yang butuh penuh perhatian, namun cuek atas kritikan. Namun, sifat Bram yang workaholic, membuatnya tidak pernah menghargai keberadaan Sari.

Pada suatu ketika, Bram terlibat dalam persidangan setelah dituduh karena telah menulis sebuah kiasan yang berhubungan dengan seksualitas. Dengan bukti yang bersalah, Bram pun dibuang ke pulau Onrop (yang kalau kata nya dibalik menjadi Porno).
Pulau Onrop dikenal sebagai pulau untuk kumpulan orang-orang yang telah merusak molaritas yang ada di Jakarta, tahun 2020. Siapapun yang menurut hukum bersalah, akan segera di isolasi ke pulau tersebut. Pulau Onrop pun dikabarkan sebagai pulau neraka di muka bumi.

Namun, semua itu terbukti tidak benar setelah Bram berada disana. Pulau itu dipenuhi cinta dan kasih sayang. Tidak ada kebencian, perbedaan, aturan, maupun agama. Disana untuk mereka yang masih percaya akan kuatnya cinta dan kebahagiaan.


___________________________

Mengingat ceritanya yang menggambarkan masa Indonesia pada tahun 2020, apakah keadaan kami sekarang telah sangat memprihatinkan? Semoga generasi baru kami dapat membantu merubah tata hidup dan pola pikir masyarakat menjadi lebih luas dan tenang.
Karya-karya seperti inilah yang harus di kembangkan. Originalitas dan ide dalam produk seni itu perlu. Mau suka, atau pun tidak, yang penting selalu ingat untuk saling menghargai sebuah karya.