8.15.2011

NOPAY!

Interview oleh Rukii Naraya


NOVITA THERESIA. Nama aslinya seperti itu.
“Nama Nopay itu bukan berarti tidak bayar, tapi karena nyokap dan seluruh keluarga besar begitu terinspirasi dengan kartun Olive (pacarnya Popaye), kata mereka dulu saya kurus dan cengeng kayak Olive, yang jadi pertanyaan besar saya bukankah saya seharusnya dipanggil "Nolive"
“OH! ya ya untung ga dipanggil no live”, Ia berseloroh tentang namanya.
Nopay seorang Graphic Designer yang lahir di lampung lalu pindah ke jakarta hingga sekarang.
“Bisa dikatakan saya adalah satu satunya orang yang menyemplung ke dunia seni di keluarga besar,dan untungnya mereka mensupportnya”
“Walau waktu masih bertanya-tanya kuliah DKV itu sejenis apa?”

“Kapan kamu berkenalan dengan dunia seni?” aku bertanya padanya suatu ketika
“Sejak saya berlangganan komik Donald Bebek sepertinya, dari situ saya bener2 tergila2 dengan komik keluaran walt disney tersebut, sampai-sampai saya bisa menggambar Mickey, Minnie, Desy, Donald bebek dengan mata tertutup, hahaha.
“Dari hobi tersebutlah saya mulai belajar menggambar”
“Lalu semenjak SMP, saya hobi sekali memodifikasi tulisan judul dari catatan pelajaran, sampai-sampai ada guru yang pernah menegur saya karena keasikan menggambar judulnya daripada menulis catatanya, hahaha”
“Dan jujur, karena men-doodling saat pelajaran terasa lebih menyenangkan, lantas menyadarkan saya bahwa kebahagiaan saya lebih terletak pada design, dan masuklah saya ke jurusan design.”

“Kenapa saya melakukannya?” 
“Karena membuat saya lebih bahagia.”
“Apa rasanya?”
“Senang, Saya begitu menikmati sebuah proses dalam membuat karya.”
“Kalau melihat dari karya-karyamu, lebih cenderung bermain main dengan tipografi...ada apa dengan tipografi? Sejauh mana dirimu mengelutinya? Apa sampai gak bisa tidur kalau gak nulis judul tadi?
“Yak, setelah masuk dkv—di antara semua pelajaran yang saya dapat—Saya memang paling menyenangi pelajaran tipografi dan layout, mungkin karena tipografi mempunyai keunikan dan estetika tersendiri buat saya dalam menyampaikan sebuah pesan visual, rasa dan suasana.
“Untuk saat ini saya masih belajar dan masih perluuu banyaaaaak belajar tentang tipografi.

Aku memperhatikan beberapa karyanya. Kemudian terbesit suatu pertanyaan.
“Adakah yang ingin kamu sampaikan lewat karyamu?”
“Mungkin lebih ke tujuan besarnya : mengingatkan bahwa kita semua masih bisa berkarya di luar tugas-tugas kuliah, mengerjakan semua design yang kita sukai tanpa berharap apapun, dan mengeksplor banyak hal. “
“Banyak orang yang ketika masuk jurusan design melupakan kesenangan design itu sendiri, tenggelam dalam sumpek dan rumitnya tugas-tugas atau aturan-aturan yang ada hingga melupakan alasan mengapa mereka memilih jurusan design, dan melupakan hobi mereka.”

“Apa hanya digital mediamu?”
“Saya tidak begitu membatasinya, saat saya sedang bosan dengan manual saya akan memilih digital dan sebaliknya. Tapi jika mempunyai waktu senggang, saya berupaya untuk mencoba media-media yang belum pernah saya lakukan sebelumnya.”
“Udah pernah mencoba media apa aja?”
“Sampai saat ini, saya masih suka memadukan media manual-digital-photography dan dengan barang sehari-hari seperti kertas, mika, makanan, atau apapun yg memungkinkan.”

“Apa perbedaan yang dirasain? lebih nyaman dimana?”
“Setiap media mempunyai keunikannya sendiri, kalau bagi saya, di saat ada waktu senggang dan memungkinkan, saya memilih manual. bagi saya esensi design-nya lebih bisa dirasakan.”

“Siapa yang menginspirasimu?”
“A lot ! di lingkup graphic design ada Tibor Kalman, Jonathan Barnbrook, David Carson, April Greiman, Wolfgang Weingart, Art Chantry, Wim Crouwel, Why Not Associates, Stefan Sagmeister, Non Format, Henrietta Condak, Jennifer Sterling, PMKFA, James Gallagher, Simon Danaher, dan Marian Bantjes.”
“Kalau yang lokal ada Yasser Rizky, Eric widjaja, TR*, Rio Adiwijaya, Ferdinand Indrajaya, Irwan Harnoko, dan Karna Mustaqim, hahaha”
“makasih ya bapak bapak sekalian”
Dia benar-benar tertawa lepas. Matanya berbinar.

“Tibor Kalman dengan Majalah Color-nya, dan Stefan Sagmeister dengan project-projectnya. Saya menyukai pemikiran dibalik karya-karya mereka dengan cara komunikasi yang unik, dan menurut saya itu yang terpenting dari sebuah karya design.”

“Karya paling wahid yang pernah kamu ciptakan sejauh ini? kenapa bisa merasa paling wahid?”
“hmmmm .. mungkin bukan paling wahid, mungkin paling bahagia yah”
“Mungkin Typeface saya”
“Belum dipublish di blog”
Coming soon

“Bagaimana menurutmu dengan karyamu sendiri?”
“Hmmm…”
“Saya nggak pernah tau karya saya bagus atau tidak sih, buat saya yang penting yah bikin aja, mau seaneh apapun yah bikin aja”
“Hahahaha”
“Yang pasti saya selalu berusaha untuk tidak berkutat di satu gaya design”

What is your biggest dream?”
“Hmmmm . . untuk saat ini saya ingin sekolah lagi, mencicipi fashion design dan industrial design. Lalu membuat karya serta pameran yang menggabungkan graphic, fashion dan industrial design.
“Hahahha .wish wish wish…”

“Apa projectmu selanjutnya?”
“Waduhhh”
“Jujur ini pertanyaan yang sulit dijawab di antara semua pertanyaan”
“Rahasia!”
“Ada deh, boleh ga?”
“Hahahaha”


http://donthatethis.tumblr.com/