4.12.2011

THE YIN YANG DOGS EXHIBITION

Dear friends & beloved art lovers, we proudly invite you to:

The Yin&Yang Dogs

An Art Exhibition by Sanchia Hamidjaja


The series of works in the solo show of the artist-cum-graphic designer Sanchia Hamidjaja reflects how art meets a range of visual creative fields such as comics and cartoons with the idioms of painting, drawing, illustrations, mural and street art, animations, and three dimensional forms like sculptures and urban toys. Sometimes these visual creations can be applied to the designs of shoes, T-shirts, etc. Her subjects come from her immediate environment, as we can see in the exhibition of The Yin & Yang Dogs. The goings-on of her two dogs inspire her to create comic characters.

Sanchia has had the two dogs since a few years ago, from around 2003, when her sibling gave her a white male pug that she named Ringo. Around 2006, she received a brindled female bulldog that she then named Kwamee. One night in late 2008, she came across her dogs sleeping next to each other in a peculiar formation, resembling the “yin and yang” symbol. The Yin & Yang Dogs Comics was thus born in mid 2009 as Sanchia published a blog, www.the-slyndicates.blogspot.com, documenting the comings and goings of her loyal dogs. Sanchia explains that after she finished her study in Melbourne, she has been exploring many artistic possibilities by creating a variety of cartoon characters. It just so happens that at the time street art and lowbrow art had been all the rage among young Jakartan artists. Sanchia, however, took a step further. She explores her characters, transforming them to be something that is more than merely her efforts of “branding”. She develops her characters from real life, creating them with features characteristics of the comics.
Sanchia is inspired by American comics such as Peanuts (by Schulz), Garfield (by Jim Davis), Life in Hell (by Matt Groening), and Spy vs. Spy (by Anthony Prohías). They created comic characters based on pets, with stories inspired by family relationships and social-political situations in their country. [These comic artists are all based in the US, but Prohías was a Cuban who fled to US in 1960.] Matt Groening is the one that has influenced Sanchia the most. She thinks Groening is able to present serious matters in the American sociopolitical life—such as the issue of dysfunctional families often presented in clichéd sit-coms such as The Huxtables and Married with Children—in an imaginative, albeit dark, cartoons. There are also other experimental comics that she follows, such as Andy Konky Kru and Bonom, which often explore the fundamental elements of the comic medium. From all these comics, Sanchia finds a certain new awareness that she has never discovered before in conventional comics.
To Sanchia, “Yin & Yang Dogs”, whose characters are based on her two dogs Ringo and Kwamee, is her way to share stories about their lives with many people. It is also a form of dedication for the pets. Sanchia has been exploring a range of idioms and influenced by her current job that requires her to create stop-motion animations and mural projects. Her wide-ranging experiences convince her that ideas can be conveyed in a variety of visual languages, in line with what is required by the ideas. Sometimes she uses her characters to comment how chaotic city life is. In her black-and-white painting of crowded houses and buildings, she inserts the characters of Ringo and Kwamee in the midst of an urban jungle, and the audience is thus invited to look for them. She borrows the idea of the interactive comic series of Where is Wally? to depict the conditions of a metropolis like Jakarta.
Her close relationship with her two dogs makes Sanchia’s “Yin & Yang Dogs” able to strongly and thoroughly convey the animals’ characters. The depictions of the comings and goings of Ringo and Kwamee are able to present to us a fascinating and imaginative world of animals, strongly imbued by the warmth of friendship. By creating strong characters, Sanchia is invariable able to come forward with strong works and creations. For her, every character is a tool to convey a certain idea.
Serial karya dalam pameran tunggal perupa dan perancang grafis, Sanchia Hamidjaja, mencerminkan bagaimana saat ini seni rupa bersilang dengan berbagai disiplin kreatif visual lainnya seperti bahasa komik dan kartun, dengan idiom seni lukis, drawing dan ilustrasi, mural dan street art, bentukan tiga dimensional seperti patung dan  “urban-toys”, atau animasi, kadang bisa diaplikasikan ke dalam rancangan sepatu, t-shirts dan lain sebagainya. Subjeknya pun bersumber dari interaksi dengan lingkungan terdekat, seperti dalam pameran The Yin & Yang Dogs. Tingkah-laku dua ekor anjing miliknya yang telah menginspirasi untuk diangkat sebagai suatu karakter komikal yang jenaka.
Sanchia memiliki kedua anjing itu sejak beberapa tahun lalu, terutama kira-kira tahun 2003 , ketika kakaknya memberi seekor anjing jantan jenis pug (berwarna putih) yang diberi nama Ringo. Lalu sekitar tahun 2006 ia mendapat seekor anak anjing betina dari seorang temannya, berjenis french bulldog berwarna brindle (hitam, kecoklatan), yang diberi nama Kwamee. Suatu malam di akhir tahun 2008, ia tak sengaja sedang memperhatikan kedua anjingnya; Ringo dan Kwamee, sedang tidur berdua dengan formasi tidur yang sangat aneh, menyerupai simbol ‘yin dan yang’. Maka lahirlah tokoh The YinYang Dogs Comic pada pertengahan tahun 2009, ia membuat sebuah blog komik (www.the-slyndicates.blogspot.com) yang mendokumentasikan kehidupan sehari-hari kedua ekor anjing yang selalu menemaninya. Sanchia mengungkapkan, bahwa sejak lulus kuliah di Melbourne, ia  menjelajahi artistik dengan membuat berbagai macam karakter kartun. Kebetulan pada kurun waktu itu street art dan lowbrow sedang diminati dikalangan perupa muda di Jakarta. Namun lebih jauh, ia kemudian menjelajahi karakter tersebut menjadi sesuatu yang lebih dari hanya sekedar “branding”. Alih-alih ia menggagas untuk membuat karakter yang bersumber dari kehidupan nyata dengan watak komik.
Sanchia terinspirasi komik Amerika seperti Peanuts (Schultz), Garfield (Jim Davis), Life in Hell (Matt Groening), Spy vs Spy (Anthony Prohias). Tokoh-tokoh yang mereka ciptakan berdasarkan binatang peliharaan, hubungan keluarga, dan didasari dengan keadaan sosial-politik di negaranya. Terutama Matt Groening yang sangat mempengaruhinya, karena baginya Groening mampu menampilkan persoalan ‘serius’ kedalam persoalan sosial-politik di Amerika, seperti potret disfungsi keluarga dengan visualisasi kartun yang  sederhana dan enteng. Sanchia menganggap Groening paling berhasil membuat tayangan situasi-komedi di Amerika yang klise seperti The Huxtables dan Married with Children, diangkat kedalam bentuk kartun komedi kelam yang sangat imajinatif dan tanpa batas. Selain komik experimental lainnya seperti Andy Konky Kru dan Bonom, yang banyak mengeksplor elemen medium komik yang paling mendasar, sehingga ada kesadaran baru yang belum pernah ia dapatkan dari komik-komik konvensional.
Dengan Yin & Yang Dogs,  penciptaan karakter dua anjingnya : Ringo dan Kwamee, bagi Sanchia adalah caranya untuk mengkomunikasikan – secara visual – tentang kehidupan mereka, dan untuk berbagi pada banyak orang, selain juga bagi Sanchia seperti untuk mendedikasikan pada binatang peliharaannya. Dengan penjelajahan beragam idiom, ia juga banyak terpengaruh dari pekerjaannya saat ini, yang sering mengerjakan proyek stop-motion yang meng-animate benda-benda (anthropomorfism) dan juga proyek-proyek mural. Dari pengalaman tersebut ia mengatakan, bahwa ide bisa dikomunikasikan dengan berbagai macam bahasa visual, sesuai dengan kebutuhannya. Karakternya kadang digunakan juga untuk mengomentari bagaimana kusutnya sebuah kota. Seperti pada karya lukisannya yang berupa gambar hitam-putih rumah dan gedung yang saling berhimpitan, ia menyisipkan Ringo dan Kwamee diantara belantara kota dan kita harus mencari – cari dimana keberadaan mereka. Ia mengadaptasi gambar komik interaktif “Where is Wally?” untuk menggambarkan kondisi sosial di kota besar seperti Jakarta.
Kedekatan hubungan dengan kedua anjingnya, menjadikan Ying & Yang Dogs karya Sanchia lebih terasa kuat dan cermat dalam menggambarkan kedua karakter anjing tersebut.  Perilaku kedua mahluk ini mampu membawa kita pada suatu dunia binatang yang menggelitik dan imajinatif namun penuh nuansa hangatnya persahabatan. Dengan penciptaan sebuah karakter, Sanchia akan selalu muncul dengan karya dan penciptaan yang mudah diingat. Tiap karakter baginya, hanya jadikan sebagai “alat” untuk mengkomunikasikan ide, karakter tertentu untuk ide tertentu.



Opening:
Sunday Apr 24 at 4 — 7 pm
Hosted by Anton Wirjono & Gwendoline Winarno

Exhibition:
Apr 24 — May 15 2011
open everyday 11am – 7pm
close on national holidays

i _____ a
inkubator
at forme building
jl. wijaya I no. 39
jakarta, Indonesia
Supported by our lovely friends at:
Forme, Concept & Clara