1.06.2011

LULLABY ISSUE


Nina bobo oh nina bobo
Kalau tidak bobo digigit nyamuk
Tidurlah sayang, adikku manis...
Kalau tidak bobo digigit nyamuk

Kamu tahu ada apa dengan barisan kata-kata di atas. Kamu yakin sekali dengan pengetahuanmu itu karena mereka membawamu ke sebuah saat, momen. Sesuatu yang pernah terjadi, yang pernah dilalui, dan yang teramat sederhana. Sesuatu yang sangat dekat dan menyentuh namun menjadi biasa karena kamu akan memasukannya ke dalam ‘kebiasaan yang wajar’.

Lalu kamu membawa rentetan aksara di atas. Sekali lagi.
Lalu kamu sadar mereka membawamu ke suatu tempat.

Lullaby—sebuah untaian nada ringan pengantar tidur, begitu mereka mencoba menjelaskannya padamu. Sebuah pengantar; kendaraan. Kamu tahu bagaimana lullaby membawamu, kamu menikmati setiap detik yang ia tawarkan untukmu, dan kamu hanyut di dalamnya. Kamu tahu kemana ia akan membawamu tapi kamu tak tahu pasti kemana sebenarnya perjalanan ini mengarah. Karena kamu hanya tahu perhentian yang pertama, selanjutnya terserah. Terserah pada apa, pada siapa? Hanya kamu yang dapat menjawabnya tergantung pada pedoman apa kamu menggantungkan dirimu. Perjalanan ini seperti permata yang diukir, tidak akan 2 permata identik yang dapat dihasilkan oleh seorang pengukir. Mungkin mendekati, mungkin terasa seperti sebuah repetisi tapi berbeda dan sangat biasa karena kamu memasukannya ke dalam ‘kebiasaan yang wajar’.

Ia membawamu pada tidur.

Tidur—sebuah keadaan abu-abu, perhentian pertama kita. Tidak ada yang pernah tahu apakah yang sebenarnya terjadi dalam tidur itu. Banyak yang menerka letak kesadaran pada waktu badan kita beristirahat secara total. Seakan-akan dalam jenak singkat keluar dari dunia yang hanya bisa terjamah oleh para indera. Setelah perhentian pertama ia akan menghadapkanmu pada berbagai macam hal yang bisa terjadi di dalam zona abu-abu tersebut. Pilihannya tidak pasti, karena ini bukan buatan manusia. Tidak ada kepastian, karena memang tidak ada yang memerlukan kepastian di dalamnya. Kemungkinan yang tidak terbatas, karena tidak lagi dibatasi dengan 0 sampai dengan 1.

Lullaby, si suatu ‘kebiasaan yang wajar’ bergerak menjadi kendaraan pribadi bagi setiap orang, membawa mereka melintasi jembatan fana antara ‘bangun’ dan ‘tidur’. Menenggelamkan kamu ke dalam ketenangan dan keluar dari bisingnya informasi yang diantarkan oleh kelima indera atau juga hatimu. Untaian nada tersebut menawarkan kenangan atas sebuah saat dengan esensi kekeluargaan yang kental. Entah bagaimana pengulangan umum yang membentuk ‘kebiasaan’ dan ‘kewajaran’ menyurutkan semua semangat dan rasa tadi.

Lalu kamu sadar kamu sudah terbuai dalam mimpimu.

Lullaby berhasil mengantarmu pada sebuah titik yang diam-diam selalu kamu rindukan. Sayup-sayup masih terdengar lantunan nada itu dari kejauhan, kamu sudah mulai berlayar dalam sebuah dunia yang tak terjamah indera. Kamu pun sampai pada sesuatu yang pernah terjadi, yang pernah dilalui, dan yang teramat sederhana.

Salam Mimpi

Kanya Stira Sjahrir

-------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------
Contributors:
Amanda Rizkita
Haviez Maulana
Heru Lesmana Syafei
Lena Ah-Tune
Smita Kirana
Toro Elmar
Ryan Aldo
Zizie Ork

Cover by: Jelly Van
PRINTED BY ORDER.

Paper:
Cover : Artpaper 120gr
64 Sheet (Bookpaper 70gr)

Price: 30k exc shipping